Rabu, 07 April 2010

Budaya dan Teknologi (culture and technology)

Tingkat kemampuan teknologi suatu masyarakat dipengaruhi oleh intensitas upaya ilmiah yang dilakukan oleh masyarakat tersebut, yang pada gilirannya kuat dipengaruhi oleh tata-nilai budaya yang dianut.  Perlu dicatat, suatu masyarakat dengan budaya ilmiah yang tinggi belum tentu tinggi kemampuannya dalam berteknologi. Apabila di dalam budayanya terkandung informasi yang mengarahkan masyarakatnya untuk lebih intensif di dalam mengupayakan kegunaan pengetahuannya untuk menghasilkan informasi preskriptif guna penciptaan sistem-sistem, maka
kadar budaya teknologi masyarakat tersebut meningkat dan berkembang.
Penciptaan sistem-sistem melalui upaya-upaya teknologis dapat menghasilkan sistem-sistem yang memperbaiki tata kehidupan masyarakat, tetapi dapat pula menciptakan sistem-sistem yang justru mengganggu, bahkan menghancurkan tata kehidupan. Gangguan yang diakibatkan dari pemfungsian sistem-sistem ciptaan tersebut ada yang langsung dirasakan, dan ada pula yang lambat disadari. Pada dasarnya, setiap sistem yang tercipta sebagai hasil upaya teknologis, selalu mengandung dua hal, yaitu disatu sisi menyelesaikan persoalan di dalam memenuhi kebutuhan orang ataupun masyarakat, tetapi di sisi lain mengandung bibit-bibit persoalan baru. Persoalan yang terkandung di tiap upaya penyelesaian persoalan tersebut dapat segera dirasakan  setelah suatu tenggang waktu tertentu. Iskandar Alisjahbana menyatakan hal itu sebagai sifat dialektik dari teknologi.
Sifat dialektik dari teknologi tersebut menuntut adanya tata-nilai budaya masyarakat yang mampu mengelola pelaksanaan upaya-upaya teknologis masyarakat tersebut, sehingga dapat mencegah kehancurannya sebagai akibat dari ciptaannya sendiri. Keberhasilan suatu masyarakat di dalam berteknologi memerlukan adanya unsur kekuatan penyeimbang di dalam budaya masyarakatnya yang oleh Hommes diistilahkan sebagai countervailing power. Hal ini berarti bahwa keterbukaan terhadap pengujian dan penilaian dari segenap anggota masyarakat merupakan unsur tata-nilai yang penting bagi keberhasilan masyarakat tersebut di dalam berteknologi, karena dengan demikian akan terlindung dari munculnya upaya-upaya teknologis ataupun dilaksanakannya aktivitas teknologis yang memberikan akibat-akibat yang merugikan. Masyarakat dengan tata-nilai budaya yang tak mampu mengendalikan tumbuhnya institusi-institusi yang otoriter, yaitu institusi-institusi yang tidak tanggap kepada isyarat-isyarat yang datang dari sekitarnya, tak akan mampu mengelola upaya teknologis yang membawa kepada kesejahteraan.
Selain khazanah informasi budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi, ditunjukkan juga unsur-unsur lain yang penting dalam kaitan dengan proses pembentukan, perubahan dan pengkayaan informasi budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi. Unsur-unsur tersebut mencakup aktivitas penelitian, pengembangan teknologi, dan pemfungsian informasi teknologi di industri.
Sebagai hasil dari aktivitas yang disebutkan diatas, terjadi: (a) Pengkayaan khazanah informasi budaya dan IPTEK masyarakat yang bersangkutan; (b) Pertumbuhan industri, peningkatan pendapatan; serta (c) Pembentukan sumberdaya pendukung terlaksananya aktivitas ‘science’ dan teknologi (S&T).
Apakah perubahan-perubahan tersebut membawa kepada perbaikan ataukah sebaliknya tergantung dari pengelolaan dan pelaksanaan dari aktivitas-aktivitasnya. Yang terakhir ini ditentukan oleh pola keputusan di dalam sistem sosial, politik dan ekonomi yang dibentuk dan dianut masyarakatnya.
Dalam kaitan dengan yang terakhir ini, Hommes mengemukakan bahwa, informasi IPTEK yang bersumber dari sesuatu masyarakat lain tak dapat lepas dari landasan budaya masyarakat yang membentuk informasi tersebut. Karenanya di tiap informasi IPTEK selalu terkandung isyarat-isyarat budaya masyarakat asalnya. Dikemukakan juga, karena perbedaan-perbedaan tata-nilai budaya dari masyarakat pengguna dan masyarakat asal teknologinya, isyarat-isyarat tersebut dapat diartikan lain oleh masyarakat penerimanya. Akibat dari itu, cara pengoperasian teknologi di sesuatu masyarakat yang bukan merupakan masyarakat pencipta teknologinya, tidak sepenuhnya bersesuaian dengan cara pengoperasiannya di lingkungan masyarakat asal teknologi tersebut.
Pada umumnya, penyerapan teknologi dari negara maju oleh negara berkembang yang berbeda tata-nilai budayanya mengakibatkan terjadinya degradasi kinerja (performance) dari teknologinya, atau meningkatkan risiko terjadinya gangguan-gangguan tata lingkungan dan tata-kehidupan akibat pengabaian cara-cara tertentu yang menjadi syarat pengoperasian teknologi tersebut dengan benar. Selain daripada itu, bila dihadapi persoalan di dalam pengoperasian teknologinya, dalam berbagai hal penyelesaiannya memerlukan dukungan jasa teknis dengan kemampuan yang diluar jangkauan kemampuan masyarakat penerima/pengguna teknologi tersebut. Keadaan semacam itu dapat menimbulkan ketergantungan yang terlalu tinggi kepada masyarakat asal dikembangkannya teknologi yang bersangkutan.
Hal-hal yang dikemukakan tersebut sering berdampak merugikan bagi masyarakat penerima teknologi, antara lain timbulnya kelemahan daya saing dalam memasuki pasaran internasional, berkaitan dengan biaya-biaya yang terkait dengan persoalan-persoalan yang dikemukakan terdahulu. Berkaitan dengan yang dikemukakan diatas, bila kadar teknologi yang dihasilkan sendiri oleh masyarakat penggunanya lebih tinggi, dalam banyak hal industri yang memfungsikan teknologinya mempunyai kinerja yang lebih baik dan tingkat keandalannya lebih tinggi. Perlu dicatat bahwa hal ini benar kalau proses pengembangan teknologinya tidak melanggar kaidah-kaidah berteknologi. Perlu dicatat bahwa hal ini tidak berarti bahwa suatu masyarakat perlu menutup diri dari masukan-masukan teknologi dri masyarakat lain.
Beberapa kesimpulan dapat ditarik dari uraian dan pembahasan yang telah diberikan diatas, yang dapat dijadikan landasan di dalam menelaah masalah-masalah penting di dalam memfungsikan teknologi, menggariskan upayaindustrialisasi, dan di dalam upaya merumuskan pilihan alur pendekatan di dalam melaksanakan industrialisasi:
a.       Suatu masyarakat mampu melaksanakan industrialisasi hanya bila masyarakat tersebut mampu memilih dan mengoperasikan teknologi secara tepat, di dalam sistem-sistem produksi yang dimiliki dan dikembangkannya. Yang dimaksud dengan tepat adalah bahwa teknologinya bersesuaian dengan kepentingannya dan kemampuan yang dimiliki masyarakatnya untuk menggunakan dan memelihara teknologi tersebut.
b.      Makin tinggi kadar teknologi yang dibentuk sendiri di dalam himpunan teknologi yang difungsikan di sistem industrinya, makin baik kinerja pengoperasian sistem industrinya, dan makin leluasa masyarakat tersebut di dalam mempolakan dan mengarahkan perkembangan sistem teknologi dan industrinya, yang berarti makin memiliki kemerdekaan di dalam berteknologi dan berindustri, dan hal-hal lain yang terkait dengan hal itu
c.       Pengalihan dan penggunaan teknologi yang berasal dari masyarakat lain harus dilakukan dengan persiapan yang seksama, agar isyarat-isyarat yang terkandung di dalam teknologi yang dialihkan sesempurna mungkin difahami, sehingga terhindar terjadinya degradasi kinerja dan risiko pengoperasian yang besar, serta meminimumkan ketergantungan teknologis. Kesemuanya dapat berakibat meningkatnya biaya-biaya dalam pengoperasiannya dan menurunkan daya saing produk teknologis yang dihasilkan, serta hal-hal lain yang merugikan
d.      Kemampuan suatu masyarakat di dalam membentuk teknologi berbanding langsung dengan kemampuan masyarakat tersebut di dalam menghasilkan informasi ilmiah dan di dalam mengupayakan kegunaan informasi ilmiah
e.       Tata-nilai budaya suatu masyarakat merupakan landasan penentu kemampuan masyarakat dalam berilmu pengetahuan dan berteknologi
ciri-ciri penting tata nilai budaya masyarakat yang mendukung kesuburan pengembangan kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah:
·         Menyenangi dan menghargai upaya untuk memperoleh kejelasan akan fenomena-fenomena yang dijumpai dalam kehidupannya
·         Menyenangidan menghargai upaya-upaya memanfaatkan pengetahuan yang dimiliki untuk membentuk sistem-sistem baru
·         Memiliki patokan-patokan yang mampu membedakan dan memilih upaya-upaya ilmiah dan teknologis yang membawa kepada terwujudnya tata kehidupan yang lebih baik
·         Memiliki patokan-patokan yang memungkinkan terwujudnya hubungan sosial yang lebih terbuka, serta mengendalikan pertumbuhan dari institusi-institusi yang tidak mempunyai daya tanggap terhadap isyarat-isyarat lingkungannya.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar